Telaah Jangka Jayabaya : Perpustakaan Nasional RI

Perpustakaan Nasional RI Menggelar Telaah Jangka Jayabaya


JAKARTA – Perpustakaan Nasional RI menggelar sarasehan Bedah Jangka Jayabaya dan pagelaran wayang kulit, Rabu (18/7) bertempat di Ruang Auditorium Perpusnas, Jl. Salemba Raya 28A Jakarta. Dalam sarasehan yang mengambil tema “Dengan Telaah Jangka Jayabaya, Kita Tumbuhkembangkan Budaya Kritis Bangsa untuk Menuju Masyarakat Jujur dan Cemerlang” ini, tampil sebagai pembicara adalah Hidayat Yoedoprawiro dan Prof. Dr. H. Soetarno, DEA dengan moderator Sudarko Prawiro Yudo. Sedangkan pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Sumbowo dengan cerita Jitaprasa dan Dewa Ruci yang dimainkan dalam dua sesi.

Dari jutaan koleksi Perpusnas terdapat bahan pustaka yang bersubyek tentang “Ramalan Jayabaya” dan untuk sebagian orang, ramalan tersebut dijadikan rujukan tentang kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang. “Dengan menelaah ramalan Jayabaya, kita berusaha mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada didalamnya, mempertebal jatidiri bangsa dan memanfaatkan petuah serta petunjuk yang ada didalamnya, sehingga kita menjadi bangsa yang besar dan berwibawa,” demikan diungkapkan Lilik Soelistyowati, Kepala Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka, selaku ketua penyelenggara kegiatan ini.
Kepala Perpusnas, Dady P. Rachmananta dalam sambutannya mengatakan dengan kegiatan telaah Jangka Jayabaya ini bisa membawa manfaat terhadap perbaikan kondisi bangsa. “Dengan ramalan-ramalan Jayabaya, kita bisa telaah maknanya sehingga bisa membangkitkan dan meningkatkan rasa cinta akan hasil budaya bangsa,” katanya.


Dalam sesi sarasehan, Hidayat Yudoprawiro membawakan makalah bertema “Makna Metafisika Ramalan Pralambang Jayabaya”. Dalam pemaparannya, dikatakan bahwa ramalan Jayabaya adalah pemandu gaib keselamatan dan persatuan bangsa. Ramalan Jayabaya Ranggawarsito menunjukkan datangnya kemerdekaan Indonesia tahun 1945M. Ramalan Jayabaya Sabdo Palon menunjukkan datangnya kesadaran keuniversalan semua agama yang tercakup dalam filsafat abadi Ketuhanan Yang Maha Esa yang dimulai pada tahun 2000M. 


Prof. Dr. H. Soetarno, DEA , dalam pemaparannya menjelaskan bahwa ramalan Jayabaya mengandung unsur filosofis yang sangat dalam tentang masyarakat Jawa dan Indonesia pada umumnya. Unsur filosofis tersebut perlu diterjemahkan dalam kehidupan, agar dipahami oleh generasi muda. Menurut Rektor ISI Solo ini, berdasarkan pengalaman empris, banyak Ramalan Jayabaya terjadi pada zaman sekarang ini. “Oleh sebab itu generasi harus memahami apa yang tersurat dan tersirat dari ramalan Jayabaya. Banyak nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya, seperti kemanusiaan, religius, kejujuran dan keadilan,” tambahnya.
Acara telaah Jangka Jayabaya ini berlangsung cukup meriah dan diapresiasi dengan baik oleh para peserta. Acara menjadi lebih hidup, karena diselingi dengan pagelaran wayang dan gending-gending pada masing-masing sesi. Banyak bermunculan pertanyaan dan ide-ide dari peserta terkait dengan ramalan Jayabaya terhadap upaya perbaikan kondisi bangsa. 


Dengan kegiatan ini, diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta akan hasil budaya bangsa, mampu menumbuhkan sikap kritis bagi upaya mencerdaskan bangsa serta bisa mengkomunikasikan isi ramalan Jayabaya untuk menjadi pedoman pada masa sekarang dan yang akan datang. Semoga! 

Berita terkait: Kompas, Kamis, 19 Juli 2007, hlm. 12.

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya