Jodoh dan Cerai di Tangan Facebook

Jakarta - Budiman begitu betah membuka-buka akun Facebook miliknya. Berkali-kali dia mengklik foto perempuan cantik di situs jejaring pertemanan itu. Foto yang menarik hati langsung dikirimkan permintaan menjadi teman. Tujuannya nanti adalah mengajak chatting.
"Iseng-iseng saja siapa tahu perempuan itu bisa diajak ngobrol dan kencan," jelas Budiman yang merupakan salah satu karyawan swasta di Jakarta, Rabu (24/2/2010).
Selama ini Facebook memang menjadi fenomena. Orang bisa berkenalan dengan orang lain dari seluruh dunia. Motif perkenalan pun beragam dari mencari teman, jaringan kerja atau hanya teman kencan. Beberapa orang bahkan secara terus terang menyatakan orientasi seksualnya, gay atau lesbian. Pengamat Sosial Universitas Indonesia Musni Umar menilai situs jejaring sosial seperti Facebook, menjadi sarana perselingkuhan baru.
"Facebook atau Twitter sangat berpotensi menyebabkan perselingkuhan bahkan perceraian. Sebab kita akan leluasa memperhatikan wajah orang lain. Pria mana sih yang tidak akan tergoda melihat perempuan muda dan cantik yang ada di Facebook?" ujar Musni kepada detikcom.
Interaksi melalui dunia maya lewat Facebook dan Twitter ini, kata Musni, membuat masing-masing orang akan tergoda untuk menjalin hubungan melampaui batas pertemanan. Tidak terkecuali bagi orang yang sudah menikah. Oleh karena itu Facebook dari kalangan yang sudah terikat pernikahan di Indonesia, mendorong pula perselingkuhan yang rawan berujung dengan perceraian.
"Fenomena Facebook akan mendorong meningkatnya angka perceraian. Awalnya mereka saling curhat ketika masing-masing merasa nyaman maka terjadilah hubungan yang serius," jelasnya.
Namun menurut Musni, perceraian yang dilakukan bukan melulu inisiatif dari suami yang berselingkuh. Justru jejaring sosial seperti Facebook lebih mendorong perempuan untuk menjadi ajang curhat. Curhat yang tadinya dengan orang dekat, kini bisa dilakukan dengan siapa saja yang juga dianggap dekat walaupun itu di dunia maya. Kalau sudah begini, kata Musni, akan semakin banyak istri yang punya keberanian untuk meminta cerai.
Meningkatnya keberanian perempuan yang menggugat cerai suami ternyata dibenarkan oleh Dirjen Badan Peradilan Agama Wahyu Wardiana. Dalam 6 tahun terakhir, dari sekitar 200 ribu kasus, ternyata 65 persen perceraian berasal dari gugatan istri. Hanya 35 persen perceraian berasal dari inisiatif suami.
Wardiana belum bisa memastikan apakah riak-riak perceraian tersebut lantaran perkembangan dunia maya atau bukan. Sebab selain internet ada televisi yang juga bisa menjadi pendorong misalnya sosialisasi perceraian lewat sinetron, infotainment atau tayangan-tayangan lain. "Tapi unsur teknologi bukan faktor dominan ya. Hanya menjadi salah satu faktor saja," ulasnya

Artikel Terkait :



Tidak ada komentar:

Arsipnya